Mobil
bertransmisi otomatis (automatic transmissions-A/T) sudah menjadi kebutuhan.
Apalagi di kota besar seperti Surabaya , yang sering macet. Selain karena lebih
nyaman, mengendarai mobil A/T tak jarang membuat pengendara lebih sabar
menghadapi tekanan psikologis akibat diterpa kemacetan.
Meski
memberi kenyamanan, belum banyak pengguna mobil bertransmisi otomatis yang
paham bagaimana mengemudikan mobil A/T secara benar, agar kinerja mobil bisa
optimal. Dan, kenyamanan benar-benar bisa dirasakan.
Bedanya
hanya soal berpindahan kecepatan yang berlangsung otomatis, tanpa perlu menekan
pedal kopling. Pilihan moda pengoperasiannya hanya P, R, N, D, D-3 atau 3 (OD),
2, dan L.
Berikut cara
pengoperasiannya:
1. P
(park/parkir). Pada saat tuas transmisi otomatis berada/digeser ke posisi P,
memungkinkan mesin mobil dihidupkan (run) tanpa mobil berjalan karena sistem
pengunci parkir bekerja (parking lock assembly).
Pada posisi
P ini, tekanan oli yang terbangun dalam transmisi, akan langsung dikembalikan
ke bak penampungan. Belum bekerja menggerakkan serangkaian alat kontrol
penggerak transmisi (control devices). Produsen transmisi otomatis
mempertimbangkan berbagai aspek keselamatan pengendara. Misalnya, mesin mobil
hanya bisa dihidupkan saat tuas ada di posisi P atau N (neutral).
2. R
(reverse/mundur). Memungkinkan mobil berjalan mundur. Kebanyakan mobil A/T,
akan terasa entakan ketika kita menggeser tuas transmisi dari posisi P ke R.
Ini akibat terjadi peningkatan tekanan oli dalam sistem hidrolis dalam ruang
transmisi. Peningkatan tekanan oli ini, atau yang dikenal dengan istilah
booster, bertujuan meningkatkan daya cengkeram-mekanik pelat kopling dengan
pelat baja dalam sistem transmisi otomatis. Tujuannya untuk menghindari slip
kopling saat terjadi perpindahan torsi dari mesin ke roda penggerak.
3. N
(neutral/netral). Pada saat tuas transmisi otomatis digeser ke posisi N,
memungkinkan mesin mobil hidup tanpa mobil bisa berjalan. Biasanya, posisi N
dipilih pada saat pengendara ingin mobil berhenti sejenak. Misalnya pada saat
lampu lalu lintas menyala merah. Selain menghemat kampas rem dan kampas
kopling/pelat baja, menggeser tuas ke posisi N lebih aman, mencegah mobil
nyelonong tanpa dikehendaki. Posisi N juga bisa dipilih saat mobil parkir
paralel. Sama saat tuas di posisi P, pada saat di posisi N, umumnya mesin mobil
bisa dihidupkan.
4. D
(drive). Tuas transmisi di posisi D, memungkinkan mobil berjalan/melaju dengan
perpindahan kecepatan berlangsung secara otomatis, mulai dari gear 1st umumnya
sampai gear 3rd (gear 3rd dengan rasio gear 1 : 1). Perpindahan kecepatan
secara otomatis tanpa harus menginjak pedal kopling, layaknya mobil bertrasnamisi
manual.
Pada saat
tuas di posisi D, perpindahan kecepatan-otomatis akan terjadi hanya dengan
menekan pedal gas. Perpindahan kecepatan terjadi seiring peningkatan kecepatan
mobil yang dimonitor oleh sensor kecepatan mobil (vehicle speed sensor/VSS). Posisi
tuas di D, memungkinkan kendaraan berakselerasi.
Caranya
tinggal menekan pedal gas lebih dalam. Maka secara otomatis rasio gear akan
turun satu tingkat. Bila semula gear rasio ada di posisi 4th, turun ke 3rd,
dari 3rd turun ke 2nd, dan dari 2nd turun ke 1st. Akselerasi diperlukan saat
hendak mendahului kendaraan lain atau saat akan memacu mobil lebih cepat.
5. D-3 atau
overdrive/OD. Banyak pengemudi mobil transmisi otomatis yang belum paham fungsi
moda yang satu ini. Padahal, fungsinya sederhana. Pada saat tuas transmisi
digeser ke posisi D-3, atau pada beberapa jenis mobil, saat tombol OD yang ada
di tuas transmisi diaktifkan, memungkinkan terjadi perpindahan rasio gear dari
1st ke OD, sehingga hemat bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang.
Posisi gear
D-3 atau OD, juga memungkinkan membatasi perpindahan percepatan mobil maksimum
pada gear 3rd. Umumnya moda D-3 atau OD terasa fungsinya ketika mobil melaju
dengan kecepatan di atas 60 kilometer per jam.
Kalau tuas
geser ke posisi yang tidak dikehendaki, maka sistem komputer transmisi otomatis
mobil yang dikendalikan TCU/PCM secara otomatis akan mengeset sistem dalam moda
N atau netral. Sistem dirancang untuk mencegah kehancuran transmisi otomatis.
6.
Intermediate (2 atau D-2). Posisi tuas di 2, memungkinkan mencegah
beroperasinya kecepatan atau gear yang lebih tinggi. Dengan kata lain, ketika
tuas digeser ke 2, transmisi akan bekerja secara otomatis pada gear 1st dan
2st, serta membatasi perpindahan ke gear 3rd.
Selain itu
juga secara mekanis mengaktifkan compression breaking atau yang pada mobil
manual acap kali disebut engine breaking. Fungsinya, saat mobil melaju
diturunan, transmisi otomatis akan membantu menahan laju mobil. Harap diingat,
setelah melintasi jalan normal, geser kembali tuas ke D.
Pengaktifan
compression breaking yang terlalu lama, membuat oli transmisi dan transmisi
cepat panas. Oli transmisi juga cepat kotor, sehingga usia pakai oli lebih
singkat. Karena membatasi gear maksimum di posisi 2nd, maka sangat membantu
mobil saat melaju di tanjakan yang cukup tajam dan panjang. Bisa menahan torsi
mesin pada tingkat yang diinginkan.
7. L (low).
Tidak jauh berbeda dengan 2, moda L bekerja untuk membatasi tingkat kecepatan
kendaraan pada gear 1st. Karena bertahan di gear 1st, maka sangat efektif
digunakan pada saat mobil melintasi tanjakan atau turunan terjal. Karena mobil
cukup tenaganya, memungkinkan melintas di medan yang sulit sekalipun. Bila
jalanan normal, jangan lupas geser lagi tuas ke D.
Memahami
cara kerja dan penggunaan transmisi otomatis secara benar tidak saja
mengemudikan mobil bertransmisi otomatis menjadi lebih nyaman, tetapi juga
hemat bahan bakar. Selamat mencoba!